SELAMATKAN LISANMU DARI NERAKA
Segala puji bagi ALLAH yang
telah memberikan kita nikmat yang begitu banyak, diantaranya nikmat lisan yang
dengannya kita dapat mendakwahkan Islam tapi sebaliknya dengannya kita bisa
terjerumus ke dalam neraka, seandainya kita tidak bisa menjaga lisan, maka bisa
kita umpamakan maka lisan itu bagaikan “pisau bermata dua” tergantung kita
dalam menggunakannya.

Pada kesempatan ini marilah kita
mengenali beberapa kesalahan lisan, agar kita terhindar dari perbuatan yang
tercela muncul dari lisan kita, sehingga kita tidak terjerumus ke dalam neraka
ataupun berkubang di dalamnya karena ketidaktahuan kita.
1. Banyak Bicara Tanpa Berdzikir.
Selayaknya bagi seorang muslim untuk tidak banyak dan berbicara dengan sesuatu yang mubah tanpa mengandung dzikir kepada ALLAH, karena hal ini dapat membuat hati menjadi lalai, Rasulullah Shalahu 'alaihi wa salam bersabda, : “ Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak berbicara tanpa berdzikir kepada Allah merupakan kekerasan hati.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullahu berkata, “Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan, bagaimana jadinya keadaan ikan jika dipisahkan dari air”.
Selayaknya bagi seorang muslim untuk tidak banyak dan berbicara dengan sesuatu yang mubah tanpa mengandung dzikir kepada ALLAH, karena hal ini dapat membuat hati menjadi lalai, Rasulullah Shalahu 'alaihi wa salam bersabda, : “ Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak berbicara tanpa berdzikir kepada Allah merupakan kekerasan hati.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullahu berkata, “Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan, bagaimana jadinya keadaan ikan jika dipisahkan dari air”.
2. Menyanyi
Pada zaman sekarang telah banyak bertebaran orang yang lebih suka mendengarkan lagu atau menyanyikannya sehingga menjadi pemandangan yang lumrah di tengah-tengah kehidupan dengan munculnya para biduwan dan biduwanita berlenggak-lenggok memamerkan suara sekaligus auratnya. Akan tetapi sadarkah mereka bahwa Allah akan mengadzab mereka yang mendengarkan lagu dengan sengaja,
ALLAH berfirman :
Pada zaman sekarang telah banyak bertebaran orang yang lebih suka mendengarkan lagu atau menyanyikannya sehingga menjadi pemandangan yang lumrah di tengah-tengah kehidupan dengan munculnya para biduwan dan biduwanita berlenggak-lenggok memamerkan suara sekaligus auratnya. Akan tetapi sadarkah mereka bahwa Allah akan mengadzab mereka yang mendengarkan lagu dengan sengaja,
ALLAH berfirman :
وّ مِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْتَرِيْ لَهْوَ الْحَدِيْثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَ يَتَّخِذُهَا هُزُوًاۚ أُولَۤئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ
“ Dan diantara manusia ada yang
memperguanakan perkataan sia-sia untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah
tanpa ilmu dan menjadikannya bahan olok-olokan, merekalah orang-orang yang akan
memperoleh adzab yang menghinakan.”(QS. Lukman: 6).
Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu ketika ditanya
tentang makna “ucapan sia-sia” beliau a menjawab, “Maksud dari hal itu
adalah nyanyian dan suara seruling, begitu pula para ahli tafsir al-Quran
ketika ditanya tentang hal itu mereka menjawab dengan hal yang sama seperti
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu Jabir radhiyallahu 'anhu, Ikrimah Rahimahullahu , Said bin Jubair Rahimahullahu, Mujahid Rahimahullahu, MakhulRahimahullahu , dan
Amru bin Syuaib Rahimahullahu.” (Tafsir Ibnu Katsir t 3/2190).
3. Mengolok-olok Syariat Islam
Siapa saja yang mengolok-olok sesuatu syariat dari agama Nabi Muhammad Shalahu 'alaihi wa salam atau apa yang beliau janjikan kepada umatnya berupa pahala, siksa ataupun kemenangan dalam peperangan, maka sesungguhnya dia telah kafir sesuai Ijma’ para ulama, karena ALLAH berfirman :
Siapa saja yang mengolok-olok sesuatu syariat dari agama Nabi Muhammad Shalahu 'alaihi wa salam atau apa yang beliau janjikan kepada umatnya berupa pahala, siksa ataupun kemenangan dalam peperangan, maka sesungguhnya dia telah kafir sesuai Ijma’ para ulama, karena ALLAH berfirman :
قُلْ أَبِاللهِ وَ ءَايَاتِهِ ۦوَ رَسُوْلِهِۦ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِءُوْنَ لَاْ تَأْتَذِرُوْا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيْمَانِكُمْۚ
“ Katakanlah mengapa kepada Allah
dan ayat-ayat-Nya serta rasul-Nya kalian selalu mengolok-oloknya. Tidak perlu
kalian meminta maaf karena kalian kafir setelah beriman.”(QS. At-Taubah: 65-66).
4. Banyak Berandai-andai
Salah satu dari sekian banyak penyimpangan yang dilakukan oleh lisan adalah mengatakan “seandainya” yang digunakan untuk menggugat takdir atau syariat, ataupun untuk mengungkapkan rasa sial dan penyesalan terhadap apa yang telah terjadi padanya berupa kerugian, musibah dan lain-lain. Nabi Muhammad Shalahu 'alaihi wa salam bersabda: “Bila kamu tertimpa sesuatu musibah, maka janganlah engkau mengatakan ‘seandainya jikalau tadi aku melakukan ini dan itu’ akan tetapi katakanlah ‘ini takdir Allah’ dan apa saja yang ia kehendaki pasti akan terjadi maka sesungguhnya perkataan ‘seandainya’ dapat membuka pintu syaithan.”(HR. Muslim).
Dilarangnya mengucapkan “seandainya”, karena disebabkan pada ucapan tersebut tersirat rasa penyesalan tehadap apa yang telah luput darinya dan terkadang di dalamnya pula celaan terhadap takdir Allah l yang mana memupuskan dan melenyapkan sikap sabar dan ridho terhadap kehendak ALLAH , maka sesungguhnya sabar ketika mendapat musibah adalah perkara yang wajib dan mengimani takdir ALLAH (ketetapan ALLAH) adalah suatu hal yang wajib pula.
Salah satu dari sekian banyak penyimpangan yang dilakukan oleh lisan adalah mengatakan “seandainya” yang digunakan untuk menggugat takdir atau syariat, ataupun untuk mengungkapkan rasa sial dan penyesalan terhadap apa yang telah terjadi padanya berupa kerugian, musibah dan lain-lain. Nabi Muhammad Shalahu 'alaihi wa salam bersabda: “Bila kamu tertimpa sesuatu musibah, maka janganlah engkau mengatakan ‘seandainya jikalau tadi aku melakukan ini dan itu’ akan tetapi katakanlah ‘ini takdir Allah’ dan apa saja yang ia kehendaki pasti akan terjadi maka sesungguhnya perkataan ‘seandainya’ dapat membuka pintu syaithan.”(HR. Muslim).
Dilarangnya mengucapkan “seandainya”, karena disebabkan pada ucapan tersebut tersirat rasa penyesalan tehadap apa yang telah luput darinya dan terkadang di dalamnya pula celaan terhadap takdir Allah l yang mana memupuskan dan melenyapkan sikap sabar dan ridho terhadap kehendak ALLAH , maka sesungguhnya sabar ketika mendapat musibah adalah perkara yang wajib dan mengimani takdir ALLAH (ketetapan ALLAH) adalah suatu hal yang wajib pula.
5. Mengkafirkan Seorang Muslim
Pada zaman sekarang telah banyak tersebar dimana-mana orang yang saling mengkafirkan saudaranya sesama muslim tanpa sebab yang jelas, apakah mereka tidak merenungkan sabda Nabi Shalahu 'alaihi wa salam, sesungguhnya beliau Shalahu 'alaihi wa salam telah bersabda melarang perbuatan ini: “ Siapapun yang berkata kepada saudaranya ‘Hai kafir’ maka salah satu diantara keduanya pasti mendapatkannya, jikalau saudaranya itu seperti yang dia katakan maka akan mengenainya, jikalu tidak maka ucapan itu akan kembali kepada yang mengucapkannya.”(HR. Muslim).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullahu berkata, “Tidaklah seorang pun berhak mengkafirkan seorang muslim, meskipun dia telah melakukan sebuah kekeliruan dan kesalahan sampai ditegakkan hujjah kepadanya dan dijelaskan kepadanya jalan yang benar, karena orang yang keislamannya telah diketahui secara yakin, maka keislamannya itu tidak akan hilang darinya hanya dengan keraguan, bahkan keislamannya itu tetap ada sampai ditegakkan hujjah padanya dan hilangnya syubhat (kesamaran) darinya.” (Majmu’ Fatawa 12/466).
Ahlussunnah tidaklah mengkafirkan seorang muslim yang melakukan kesalahan kecuali telah ditegakkan padanya hujjah yang menjadikan kafir siapa yang melakukannya dengan syarat-syarat yang telah terpenuhi secara syariat serta adanya penghalang-penghalang padanya yang menjadikannya kafir, seperti yang mengingkari wujud ALLAH, mendustakan berita Rasulullah n dan mengingkari kenabian beliau n sebagai nabi terakhir dan lain sebagainya.
Sesungguhnya ALLAH telah memberikan kepada kita nikmat lisan ini maka sudah selayaknya bagi kita semua untuk memanfaatkan dan menjaga nikmat ini dengan sebaik-baiknya dan sesungguhnya Rasulullah n telah menjanjikan kepada umatnya pahala yang besar, bagi siapa saja yang dapat menjaganya dari hal-hal yang Allah haramkan.
RasulullaShalahu 'alaihi wa salam bersabda : “ Siapa saja yang menjaminbagiku apa yang diantara dua pipi dan dua kakinya (lisan dan kemaluan) niscaya aku jamin baginya surga.”
Wallahu a’lam bi shawwab.
Pada zaman sekarang telah banyak tersebar dimana-mana orang yang saling mengkafirkan saudaranya sesama muslim tanpa sebab yang jelas, apakah mereka tidak merenungkan sabda Nabi Shalahu 'alaihi wa salam, sesungguhnya beliau Shalahu 'alaihi wa salam telah bersabda melarang perbuatan ini: “ Siapapun yang berkata kepada saudaranya ‘Hai kafir’ maka salah satu diantara keduanya pasti mendapatkannya, jikalau saudaranya itu seperti yang dia katakan maka akan mengenainya, jikalu tidak maka ucapan itu akan kembali kepada yang mengucapkannya.”(HR. Muslim).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullahu berkata, “Tidaklah seorang pun berhak mengkafirkan seorang muslim, meskipun dia telah melakukan sebuah kekeliruan dan kesalahan sampai ditegakkan hujjah kepadanya dan dijelaskan kepadanya jalan yang benar, karena orang yang keislamannya telah diketahui secara yakin, maka keislamannya itu tidak akan hilang darinya hanya dengan keraguan, bahkan keislamannya itu tetap ada sampai ditegakkan hujjah padanya dan hilangnya syubhat (kesamaran) darinya.” (Majmu’ Fatawa 12/466).
Ahlussunnah tidaklah mengkafirkan seorang muslim yang melakukan kesalahan kecuali telah ditegakkan padanya hujjah yang menjadikan kafir siapa yang melakukannya dengan syarat-syarat yang telah terpenuhi secara syariat serta adanya penghalang-penghalang padanya yang menjadikannya kafir, seperti yang mengingkari wujud ALLAH, mendustakan berita Rasulullah n dan mengingkari kenabian beliau n sebagai nabi terakhir dan lain sebagainya.
Kesimpulan
Sesungguhnya ALLAH telah memberikan kepada kita nikmat lisan ini maka sudah selayaknya bagi kita semua untuk memanfaatkan dan menjaga nikmat ini dengan sebaik-baiknya dan sesungguhnya Rasulullah n telah menjanjikan kepada umatnya pahala yang besar, bagi siapa saja yang dapat menjaganya dari hal-hal yang Allah haramkan.
RasulullaShalahu 'alaihi wa salam bersabda : “ Siapa saja yang menjaminbagiku apa yang diantara dua pipi dan dua kakinya (lisan dan kemaluan) niscaya aku jamin baginya surga.”
Wallahu a’lam bi shawwab.
0 comments:
Post a Comment